Implikasi Pendidikan dan Tahapan Perkembangan
02.25
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.. kali ini saya ingin berbagi mengenai Tahapan Perkembangan untuk Pendidikan beserta dengan Implikasinya. Baiklah inilah beberapa tahapan perkembangan dengan masing-masing implikasinya :
Bagaimana Implikasi Pendidikan dalam Tahap Perkembangan
1. Masa kanak-kanak (masa prasekolah) usia 2-6 tahun
Pada periode ini suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan asuh(membimbing). Anak dapat bertumbuh dengan baik jika mendapatkan perlakuan kasih sayang, pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi damai dan harmoni. Kegiatan pembelajaran itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja, namun sekaligus alamiah seperti bermain “ditaman” bermain sambil belajar yang memungkinkan anak belajar dalam dunia permainan yang dapat memperluas pengetahuan dan sosial antar sesama.
Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Bercerita: bercerita sebaiknya diberikan semenarik mungkin dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai.
2. Bernyanyi: bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Bernyanyi dapat menumbuhkan rasa estetika.
3. Berdarmawisata: kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang dibahas di lingkungan kehidupan anak.untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Bisa berdarmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
4. Bermain peran: merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain disekitarnya. Hal ini dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan anak.
5. Peragaan/Demontrasi: kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dulu, kemudian ditirukan anak-anak. Hal ini dapat melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
6. Pemberian tugas: merupakan metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan tuntas.
7. Latihan: kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntuk kooardinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.
2. Masa kanak-kanak Akhir ( usia 6-12 tahun)
Pada periode ini, tahap kognitif anak usia SD sudah berada pada tahap operasional-konkret.
Mereka mampu berpikir logis tentang suatu objek dan kejadian, mampu mengklarifikasi objek, dan menguasai konversi jumlah dan berat.
Beberapa cara pembelajaran yang diharapkan untuk para pendidik dalam pengajaran anak usia SD:
• Cara pembelajaran yang lebih terbuka, lansung memberikan kesempatan anak berperan dalam mengoptimalkan perkembangan fisik, kognitif dan moral mereka.
• Program pembelajaran yang fleksibel dan tidak kaku serta membedakan perbedaan individu, tidak monoton.
• Menerapkan banyak alat peraga ataupun objek dalam pembelajaran.
• Memuji anak ketika mereka berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik dan menyemangati mereka bila belum melakukan sesuatu secara optimal.
• Menyampaikan segala sesuatu yang baik dalam pembelajaran karena pada periode ini, anak usia SD akan patuh pada orang yang dihormati.
• Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
• Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan,mendorong rasa ingintahu mereka.
• Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak,tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain.
3. Masa Remaja (adolescense) 11/12 tahun – 18/24 tahun
Pada tahap ini, peserta didik sudah mampu berpikir abstrak dan logis, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual.
Cara berfikir kausatif. Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Peserta didik sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Masa remaja awal ini merupakan puncak emosionalitas bagi peserta didik, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan tempramental.
Pada tahap ini masa SMP dan SMA juga termasuk dalam periode adolscense ini
Pada Periode ini, Implikasi Pendidikan yang baik dan Tepat bagi Peserta Didik (SMP) yaitu, antara lain:
1. Bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat peserta didik . Pembelajaran akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
2. Guru mampu meramu pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik yang dipadukan dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran, sehingga akan dapat membantu peserta didik untuk melalukan eksplorasi dan elaborasi dalam rangka membangun konsep.
3. Guru harus memberi materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang para peserta didik merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
4. Berikan penguatan kepada peserta didik, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada peserta didik. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
5. Guru mendorong peserta didik untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik untuk bertanya sesama teman.
6. Perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir peserta didik (remaja).
7. Orang tua harus mampu menangani masalah si anak (Peserta didik) dengan melakukan pendekatan yang baik, bukan dengan memarahi atau yang dapat membuat si anak tidak mau menceritakan masalah nya kepada orang tua sendiri, sehingga pada akhirnya si anak akan mengambil keputusan sendiri, dan salah mengambil keputusan.
Guru memberikan tugas-tugas kepada peserta didik yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan
Implikasi Pendidikan untuk anak usia SMA
Beberapa ciri yang kita harus tahu terlebih dahulu yang terjadi di usia ini ialah :
- Aktifnya hormone seksual
- Emosi yang tidak stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak- ledak.
- Mulai tertarik atau berteman dengan lawan jenis
Adapun dilihat dari perkembangan kognitifnya ialah operasional.
- Mampu berfikir logil mengenai suatu yang abstrak
- Menaruh perhatian tentang masa depan,konsep,hipotesis
- Pola pikir cenderung egoisentris
- Perkembangan identitas diri (biasanya ia mencara idolanya atau tokoh yang ia senangi)
Pada periode ini motivasi merupakan tenaga dorong untuk :
• Mencari dan menemukan nformasi mengenai hal hal yang dipelajari
• Menyerap informasi dan mengolahnya
• Mengubah informasi yang di dapat menjadi suatu hasil
• Menerapkan hasil ini dalam kehidupan
Agar motivasi ini dapat terpelihara pendidik perlu menciptakan suasana belajar yang positif dan menyajikan langkah langkah yang mendorong peserta didik untuk ingin belajar dan ingin menerapkan hal hal yang dipelajari , seperti:
Menciptakan Suasana Belajar Yang Positif
• Pengajar menciptakan suasana pemecahan masalah orang dewasa di dalam kelas
• Pengajar bersifat empatik , dengan menunjukan bahwa pengajar memahami situasi , perasaan dan kebutuhan peserta didik
• Pengajar berperilaku sebagai dirinya sendiri , tidak perlu berpura pura atau berlagak profesional. Membuka diri dan membagi pengalaman sebagai ilustrasi atau contoh ide ide dapat besar manfaatnya, dan dapat membantu empati
• Pengajar memusatkan masalah pada kebutuhan dan masalah masalah peserta didik , bukan pada hal hal yang ditentukan sebelumnya.
• Kegiatan kegiatan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memperjelas tujuan belajar masing masing peserta dan membantu mereka untuk merenanakan penerapannya
• Tidak selalu memakai metode punishment karena dimasa ini mereka sudah mengenal mana yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih membuat briefing atau arahan motivasi kepada mereka agar bisa mencapai apa yang mereka inginkan di masa depan. Terutama pada orang yang disekitar mereka.
• Biarkan mereka mengeluarkan bakat seni atau potensi-potensi dalam diri mereka. Masa SMA ini biasanya aktif dengan ekstrakulikuler. Peran yang harus diambil ialah mendukung mereka dan memberikan masukan yang positif serta arahan. Dan berikan pengertian apa yang terjadi jika mereka terlalu fokus dengan kegiatan tersebut pada konsentrasi belajar mereka.
sekian dari beberapa materi dan penjelasnnya. semoga bermanfaat :)
wassalamu'alaikum.
ristidevi.blogspot.co.id
Muftyandini.blogspot.co.id
http://angelmuliana.blogspot.com
Tyaputriliebe.blogspot.com
rhesya029.blogspot.co.id
http://sriulfaariga16.blogspot.com/
ristidevi.blogspot.co.id
Muftyandini.blogspot.co.id
http://angelmuliana.blogspot.com
Tyaputriliebe.blogspot.com
rhesya029.blogspot.co.id
http://sriulfaariga16.blogspot.com/
0 komentar